HADITS AT TIRMIDZI DAN ASAL USULNYA
Siapa Nama Asli Imam Tirmidzi?
Imam Tirmidzi lahir dengan nama pemberian orang tuanya, yakni Muhammad bin Isa bin Saurah bin Adh-Dhahak As-Salami Al-Bughi. Ia sering dipanggil Abu Isa. Lalu, ia besar dengan nama sesuai dengan tempat kelahirannya, yaitu Turmudz (sebuah kota kecil di bagian utara Iran).
Imam Tirmidzi lahir pada bulan Zulhijjah tahun 209 Hijrah, yaitu kira-kira 15 tahun setelah kelahiran Imam Bukhari dan tiga tahun setelah kelahiran Imam Muslim. Diceritakan bahwa beliau dilahirkan dalam keadaan buta.
Versi lain menyebutkan bahwa beliau mengalami kebutaan ketika usia sudah tua karena terlalu banyak menangis (tangisannya karena sangat takut kepada Allah SWT). Namun, mayoritas ulama sepakat bahwa At Tirmidzi tidak buta sejak lahir, melainkan musibah itu datang belakangan. Yusuf bin Ahmad al-Baghdadi menuturkan, ''Abu Isa mengalami kebutaan pada masa menjelang akhir usianya.''
At Tirmidzi mulai mempelajari ilmu hadits ketika berumur 20 tahun di sejumlah kota-kota besar di wilayah kekuasaan Islam saat itu, di antaranya adalah Kota Khurasan, Bashrah, Kufah, Wasith, Baghdad, Makkah, Madinah, Ray, Mesir, dan Syam.
Imam At-Tirmidzi merupakan salah satu murid yang dibanggakan oleh Imam Bukhari. Imam Bukhari mengungkapkan bahwa Beliau lebih banyak memperoleh manfaat ilmu dari Imam At-Tirmidzi dibandingkan dengan Imam At-Tirmidizi yang memperoleh ilmu dari Imam Bukhari.
Terlepas dari sifat rendah hati yang dimiliki oleh Imam Bukhari, tetapi pujian yang diberikan kepada At Tirmidizi tersebut menggambarkan bahwa Imam at Tirmidzi adalah salah satu murid yang kredibilitasnya tidak diragukan lagi.
Menurut sebagian ulama, Imam At Tirmidzi adalah orang pertama yang mengelompokkan hadits dalam kategori hasan, di antara sahih dan dhaif. Sejak kecil, beliau sudah gemar mempelajari berbagai disiplin ilmu keislaman, termasuk ilmu hadits.
Kecenderungan At Tirmidzi kepada ilmu hadits bermula setelah membaca karangan Imam Syafii yang menerangkan cara mengambil dalil dari hadits dan menggunakannya sebagai hujjah untuk memutuskan hukum-hukum yang perlu kepada ijtihad ulama.
Dalam kunjungan ke berbagai kota, At Tirmidzi banyak mengunjungi ulama-ulama besar untuk mendengar hadits, untuk kemudian dihafal dan dicatat. Selanjutnya, ia kumpulkan dalam sebuah kitab yang tersusun secara sistematis.
Lalu, apa saja contoh hadits yang diriwayatkan At Tirmidzi? Selengkapnya simak pembahasan berikut ini.
Jumlah Hadits Tirmidzi
hadits Tirmidzi ada berapa jumlahnya? Menurut buku Kumpulan Hadits Qudsi Pilihan oleh Syaikh Fathi Ghanim, dalam kitab Sunan at-Tirmidzi yang terbagi menjadi 50 bab, hadits yang Beliau riwayatkan berjumlah 3.956 buah teks hadits. Isinya meliputi hukum, akidah, dan akhlak.
Imam At Tirmidzi tidak hanya mengelompokkan hadits kepada tingkatan shahih dan dhaif, tetapi mengelompokkan ke delapan tingkatan, yaitu hasan shahih, hasan shahih gharib, shahih, shahih gharib, hasan, hasan gharib, hadits la na’rifuhu illa min hadisi fulan, dan gharib.
Thabaqat hadits yang terdapat dalam Sunan at-Tirmidzi menjadi salah satu keistimewaan kitab ini, karena Beliaulah ulama pertama yang mempopulerkan istilah hadits hasan.
Imam At Tirmidzi juga mengelompokkan hadits-hadits kepada tingkatan hasan berdasarkan tingkat hafalannya para perawi yang tidak kuat, akan tetapi lebih tinggi dibandingkan dengan hafalannya para perawi hadits dhaif.
Hal lain yang menjadi keunggulan kitab Sunan ini, yaitu Imam At Tirmidzi menyuguhkan berbagai pandangan antar madzhab dalam menuliskan sebuah hadits. Bahkan, karena begitu banyaknya pandangan madzhab yang terdapat dalam kitab ini, terkesan seperti kitab fikih bukan kitab hadits.
Kumpulan Hadits At Tirmidzi
Diambil dari buku Kumpulan 70 Hadits-Hadits Pilihan karangan DR. Muhammad Murtaza bin Aish Muhammad, berikut kumpulan hadits yang diriwayatkan At Tirmidzi:
1. Hadits Imaniat
الَدُّعَاءُ مُخُّ اْلِعبَادَةِ
Ad du’aau mukhkhul ibaadah
Artinya: “Do’a adalah inti ibadah.” (HR Tirmizi).
اِتَّقِ اللَّهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ
Ittaqillaha haitsu maa kunta
Artinya: “Takutlah kepada Allah dimana saja kamu berada.” (HR Tirmizi).
لدَّالُّ عَلَى الْخَيْرِ كَفَاعِلِهِا
Ad daallu ‘alal khairi kafaa’ilihi
Artinya: “Orang yang mengajak kebaikan mendapat pahala yang sama dengan orang yang diajaknya.” (HR Tirmizi).
2. Hadits Ibadaat
مَنْ عَزَّى مُصَابًا فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ
Man ‘azzaa musaaban falahu mitslu ajrih
Artinya: “Barangsiapa menghibur orang yang tertimpa musibah maka baginya pahala seperti orang yang tertimpa musibah.” (HR Tirmizi).
3. Hadits Muamalat
مَنِ انْتَهَبَ نُهْبَةً فَلَيْسَ مِنَّا
Manintahaba nuhbatan fa laisa minnaa
Artinya: “Siapa merampas milik orang bukan golongan kami.” (HR Tirmizi).
سِبَابُ الْمُسْلِمِ فُسُوقٌ ، وَقِتَالُهُ كُفْرٌ
Sibaabul muslimi fusuuqun wa qitaaluhu kufrun
Artinya: “Mencaci seorang muslim adalah dosa dan memeranginya adalah kufur.” (HR Tirmizi).
اَلأَنَاةُ مِنَ اللَّهِ وَالْعَجَلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ
Al-anaatu minallahi wal ‘ajalatu minas syaithan
Artinya: “Kehati-hatian datangnya dari Allah dan ketergesa-gesaan datangnya dari setan.” (HR Tirmizi).
4. Hadits Muasyaraat
رِضَى الرَّبِّ في رِضَى الْوَالِدِ
Ridhar Rabbii fii ridhal waalid
Artinya: “Ridha Allah terletak di dalam ridha orang tua.” (HR Tirmizi).
5. Hadits Akhlaqiyaat
لاَ يَدْخُلُ الجَنّةَ خَبٌّ وَلاَ بَخِيْلٌ وَلاَ مَنَّانٌ
Laa yadkhulul jannata khabbun wa laa bakhiylun wa laa mannaan
Artinya: “Tidak akan masuk surga orang yang suka menipu, pelit dan mengungkit pemberian. “(HR Tirmizi).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ خُلُقًا
“Orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah ia yang memiliki akhlak terbaik. Yang terbaik di antara kalian adalah yang terbaik akhlaknya kepada pasangannya.” (HR Tirmizi).
عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَا مِنْ شَيْءٍ يُوضَعُ فِي الْمِيزَانِ أَثْقَلُ مِنْ حُسْنِ الْخُلُقِ وَإِنَّ صَاحِبَ حُسْنِ الْخُلُقِ لَيَبْلُغُ بِهِ دَرَجَةَ صَاحِبِ الصَّوْمِ وَالصَّلَاةِ
Abu Darda radhiallahu anhu, meriwayatkan, “Aku mendengar Nabi shallallahu alaihi was sallam berkata, ‘Tak ada yang lebih berat pada timbangan (mizan, pada hari pembalasan) daripada akhlak yang baik. Sungguh orang yang berakhlak baik akan mencapai derajat orang yang berpuasa dan shalat. “ (HR Tirmizi).
عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا شَيْءٌ أَثْقَلُ فِي مِيزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ وَإِنَّ اللَّهَ لَيُبْغِضُ الْفَاحِشَ الْبَذِيءَ
Dari Abu Darda’ radhiallahu anhu bahwasanya Nabi shallallahu alaihi was salam bersabda, “Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin kelak ada hari kimat daripada akhlak yang baik. Sesungguhnya Allah amatlah murka terhadap seseorang yang keji lagi jahat.” (HR. Tirmizi).
عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعْ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
Dari Abu Dzar radhiallahu anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi was salam pernah bersabda kepadaku, “Bertakwalah kamu kepada Allah dimana saja kamu berada dan ikutilah setiap keburukan dengan kebaikan yang dapat menghapuskannya, serta pergauilah manusia dengan akhlak yang baik.” (HR Tirmizi).
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ مُنْكَرَاتِ الْأَخْلَاقِ وَالْأَعْمَالِ وَالْأَهْوَاءِ
Nabi shallallahu alaihi was sallam mengucapkan: ‘Allaahumma inni a’udzubika min munkaraatil akhlaaqu wal a’mali wal ahwaai’ (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari berbagai kemunkaran akhlak, amal maupun hawa nafsu).’ (HR At Tirmizi).
Siapa Sumber dari Hadits yang Diriwayatkan oleh At Tirmidzi?
Dalam buku Hadist-Hadist Shahih Kepribadian dan Budi Pekerti Rasulullah oleh Imam At Tirmidzi, At Tirmidzi tak pernah menyia-nyiakan kesempatan tanpa menggunakannya secara efektif. Selama pengembaraannya, beliau belajar dari banyak guru.
Guru At Tirmidzi di antaranya adalah Ziyad bin Yahya al-Hassani (wafat 254 H), Abbas bin Abd al-`Adhim al-Anbari (w 246), Abu Said al-Asyaj Abdullah bin Said al-Kindi (w 257), Abu Hafsh Amr bin Ali al-Fallas (w 249), Ya`qub bin Ibrahim al-Dauraqi (w 252), Muhammad bin Ma`mar al-Qoisi al-Bahrani (w 256), dan Nashr bin Ali al-Jahdhami (w 250 H).
Para ulama di atas, selain tercatat sebagai guru-guru Imam At Tirmidzi, juga merupakan guru dari Imam Bukhari, Muslim, Abu Dawud, An-Nasai, dan Ibn Majah. Selain berguru kepada sembilan guru di atas, Imam At-Tirmidzi juga belajar kepada Imam Al-Bukhari, Muslim, dan Abu Dawud.
Posting Komentar untuk "HADITS AT TIRMIDZI DAN ASAL USULNYA"
Posting Komentar